Blogger news

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 08 April 2013

Sekilas Mengenal Potensi Kabupaten Grobogan

 

Membicarakan Kabupaten Grobogan, mungkin masih banyak masyarakat yang belum mengenal dan mengetahui letak pasti daerah tersebut. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora di sebelah timur, Kabupaten Ngawi, Sragen, dan Boyolali di selatan, Kabupaten Semarang di bagian barat, serta Kabupaten Demak, Kudus, dan Pati di sebelah utara, Daerah Grobogan merupakan salah satu bagian dari Provinsi Jawa Tengah yang memiliki pusat pemerintahan (beribukota) di  Purwodadi.http://cdn.bisnisukm.com/2012/03/kacang-kedelai.jpg

Meskipun daerah tersebut tidak setenar kota-kota besar lainnya, namun Kabupaten Grobogan merupakan salah satu daerah terluas kedua di Jawa Tengah dengan luas wilayah sekitar 1.975,86 km2 dan memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1.404.770 jiwa pada tahun 2010 silam. Secara administratif, sedikitnya terdapat 19 kecamatan yang bernaung di daerah tersebut dan dibagi menjadi 273 desa dan 7 kelurahan yang pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Purwodadi.

Luas wilayahnya yang cukup besar dan letaknya yang cukup strategis, menjadikan Kabupaten Grobogan memiliki potensi bisnis daerah yang cukup potensial. Dengan memanfaatkan lahan pertanian yang cukup produktif dan letak wilayahnya yang berada di jalur pemasaran yang sangat strategis, sekarang ini Kabupaten Grobogan mulai berkembang secara signifikan dan sektor industrinya pun mulai tumbuh subur sehingga perekonomian masyarakat setempat semakin hari terus meningkat.

Untuk mengetahui potensi bisnis apa saja yang mulai berkembang masyarakat di Daerah Grobogan, berikut ini kami informasikan beberapa produk unggulan yang memiliki daya saing serta nilai ekonomi cukup tinggi.

Tanaman Pangan
Memiliki lahan pertanian yang cukup produktif, ternyata menjadikan Kabupaten Grobogan sebagai salah satu daerah penghasil tanaman pangan yang sangat potensial. Beberapa tanaman pangan yang banyak dikembangkan masyarakat Grobogan antara lain padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, serta kedelai. Bahkan menurut data yang kami peroleh dari daerah setempat, tingkat produksi padi pada tahun 2009 silam mencapai 635.865 ton, jagung sekitar 447.416 ton, dan menjadi pemasok kedelai terbesar bagi Jawa Tengah, yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan hasil panen yang cukup besar.

Budidaya Melon dan Semangkapotensi grobogan 200x150 Sekilas Mengenal Potensi Kabupaten Grobogan
Selain menjadi produsen tanaman pangan, Kecamatan Penawangan dan Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah juga menghasilkan melon dan semangka yang kualitasnya cukup unggul. Para petani mengakui jika komoditas melon dan semangka di daerahnya menjanjikan keuntungan yang cukup besar. Sehingga masyarakat mulai mengembangkan budidaya melon dan semangka sebagai mata pencaharian utama mereka setiap harinya.

 

Sapi Potong1307071394_212207238_1-Gambar--jasa-pembelian-ternak-bibit-maupun-potong
Kabupaten Grobogan dikenal sebagai sentra sapi potong di Jawa Tengah. Jika dibandingkan dengan 35 kabupaten lainnya di provinsi tersebut, Grobogan merupakan kabupaten tertinggi dalam memproduksi sapi potong. Menurut data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Grobogan, di akhir tahun 2010 yang lalu jumlah populasi sapi di daerahnya mencapai 137.843 ekor dan tersebar di setiap kecamatan.

 

Industri Genteng
Perkembangan industri genteng di daerah Grobogan belakangan ini semakin berkembang pesat. Beberapa daerah yang mulai memproduksi genteng antara lain Desa Karangasem, Tegalrejo, Kecamatan Wirosari dan Dusun Gedong, Desa Tegalsumur, Kecamatan Brati. Tingginya aktivitas produksi genteng press di Kabupaten Grobogan, mendorong para pelaku UKM untuk memperluas pemasarannya hingga menjangkau ke luar daerah.

Industri mebel
Kreativitas yang dimiliki masyarakat Grobogan menjadi modal awal bagi mereka untuk mengembangkan industri mebel di daerah tersebut. Sampai hari ini saja, sedikitnya terdapat sekitar 117 orang pelaku usaha mebel dengan tingkat rata-rata produksi mebel/furniture mencapai 60.385 buah. Kedepannya, beragam produk yang dihasilkan pelaku usaha mebel di Grobogan perlu dikembangkan menjadi skala industri yang lebih besar dan mampu menjangkau pasar nasional maupun pasar internasional.

Kerajinan Bambu 
Disamping industri mebel yang mulai bersinar, beberapa daerah di Kabupaten Grobogan kini menjadi pusat kerajinan bambu yang cukup dikenal masyarakat luas. Sebut saja seperti Desa Teguhan, Kecamatan Grobogan, Desa Terkesi, Jenengan, Kecamatan Klambu, dan Desa Dimoro, Kecamatan Toroh, sebagian besar masyarakatnya memilih menjadi pengrajin bambu karena minat konsumennya masih sangat besar. Beberapa produk kerajinan yang dihasilkan masyarakat antara lain sangkar burung, kandang ayam, anyaman bambu, dan lain sebagainya.

Semoga informasi tentang sekilas mengenal potensi kabupaten grobogan ini bisa memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca dan memotivasi seluruh masyarakat di Indonesia untuk mulai mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di daerahnya.

Sumber Api Abadi Mrapen: Dari Kisah Sunan Kalijaga hingga Api Obor Pentas Olahraga

 

Api Abadi Mrapen berada di sebuah kompleks di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Api yang keluar dari perut bumi ini merupakan fenomena geologi ditandai keluarnya gas dari dalam tanah yang tersulut sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam walaupun turun hujan. Api yang dikenal dengan sebutan Api Abadi Mrapen tersebut telah digunakan sejak dahulu untuk obor upacara Hari Raya Waisak. Saat ini pun Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) masih menggunakannya untuk prosesi ritual umat Buddha pada Hari Waisak Nasional.

Mrapen

Selain untuk ritual agama,  Api Abadi Mrapen juga digunakan sebagai sumber obor pesta olahraga nasional dan internasional.  Pesta olahraga nasional yang menggunakan Api Abadi Mrapen untuk obornya adalah pesta olahraga internasional Ganefo I pada 1 November 1963. Api abadi dari Mrapen juga digunakan untuk menyalakan obor Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak PON X tahun 1981, POR PWI tahun 1983, dan HAORNAS. Api Abadi Mrapen hinga kini diteruskan menjadi rutinitas tahunan pesta olahraga nasional dan internasional.

Pesta olahraga internasional yang menggunakan Api Abadi Mrapen untuk obornya adalah SEA Games XXVI 2011 pada 11-22 November 2011 di Jakarta dan Palembang. Selain itu juga untuk Asian Beach Games (ABG) I di Bali 2008, Asian Beach Games II di Muscat, Asian Beach Games di Oman 2010, dan Asian Beach Games III di China. Bahkan, rencananya Islamic Solidarity Games (pesta olahraga multievent negara-negara Islam dunia) 2013 di Pekanbaru, Riau, juga akan mengambil sumber api dari Api Abadi Mrapen.

keajaiban-merapen


Sumber Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas sering menjadi tujuan wisata karena juga terdapat juga kolam air mendidih Sendang Dudo yang dipercaya dapat mengobati penyakit kulit dan reumatik. Air Sendang Dudo memiliki keunikan karena yang tadinya bersih dan bening dapat berubah menjadi keruh dan selalu mendidih tetapi tidak panas. Air ini juga bisa terlihat keruh tetapi bila dimasukkan ke dalam sebuah gelas maka dapat berubah menjadi bening. Selain itu, ada pula keunikan lain yang Anda sendiri dapat mencobanya yaitu dari gelembung air yang mengambang apabila disulut dengan api maka dapat menyala di atas permukaan air. Hal itu dimungkinkan karena air tersebut mengandung mineral dan zat kimia.

Ada pula Watu Bobot yang letaknya berada di sebelah Sumber Api Abadi Mrapen. Menurut cerita barangsiapa dapat mengangkatnya maka akan tercapai keinginannya.

Sunan Kalijaga dan Sumber Api Abadi Mrapen

Cerita rakyat tentang Sumber Api Abadi Mrapen dikaitkan dengan masa akhir Kerajaan Majapahit yang ditaklukkan Kesultanan Demak Bintoro pada tahun 1500-1518 Masehi.  Saat itu Kesultanan Demak berada di sekitar Mrapen dan merupakan satu-satunya pusat pemerintahan Islam di Pulau Jawa. Berikutnya kesultanan yang dipimpin Raden Patah ini mengembangkan pola hidup yang dilandaskan ajaran Islam termasuk membuat pusat perdagangan, pendidikan dan penyebaran agama Islam.

detik_Api_Abadi_Mrapen_6

Dalam upaya pembenahan wilayahnya, Kesultanan Demak Bintoro berupaya memboyong semua barang-barang warisan dari Kerajaan Majapahit. Salah satu yang terpenting adalah memindahkan Pendopo Kerajaan Majapahit untuk dijadikan serambi Masjid Agung Demak. Apabila Anda amati saat ini maka pada serambi tersebut terlihat perpaduan budaya Islam dan Hindu-Buddha.

Upaya pemindahan Pendopo Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Dalam perjalanan masuki wilayah Kesultanan Bintoro Demak rombongan ini mengalami masalah karena prajuritnya keletihan. Mereka kemudian mencari mata air untuk minum tetapi tidak ada yang dapat menemukannya. Sunan Kalijaga kemudian berjalan menuju tempat kosong dan menancapkan tongkatnya ke tanah. Lubang dari bekas tongkat itu tak lama menyemburkan api yang saat ini dipercaya merupakan titik awal munculnya Sumber Api Abadi Mrapen.

Berikutnya Sunan Kalijaga juga melakukan hal yang sama dengan tongkatnya di tempat lain yang tidak jauh tetapi yang keluar kali ini buka api melainkan semburan air yang bersih dan bening. Air tersebut dimanfaatkan rombongan prajurit untuk minum yang keletihan karena mengangkut pendopo Kerajaan Majapahit. Saat ini sumber mata air itu dapat Anda lihat memiliki celah sumur berdiameter 3 meter dan kedalaman sekitar 2 meter. Sumur itulah yang kemudian disebut masyarakat setempat dengan nama Sendang Dudo dan memiliki keunikan serta khasiat tertentu.

Rombongan Sunan Kalijaga kemudian melanjutkan perjalanan tetapi Sunan Kalijaga meninggalkan sebuah batu ompak di sekitaran lubang api dan lubang air tersebut. Saat itu salah seorang prajuritnya yang berupaya mengambilnya tetapi Sunan Kalijaga melarang dan berwasiat bahwa batu ompak itu tidak perlu diambil karena pada suatu waktu akan berguna.  Saat ini Anda masih dapat melihat batu ompak itu yang dikenal dengan sebutan Watu Bobot dan letaknya berada di sebelah Sumber Api Abadi Mrapen.


Transportasi

Untuk menuju Kompleks Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, maka patokannya terletak di tepi Jalan Raya Purwodadi - Semarang, sekitar 26 km dari kota Purwodadi.

Batik Tulis Grobogan

 

Selain Sale Pisang dan Gethuk Lindri, Kabupaten Grobogan Jawa Tengah juga memiliki ikon produk lokal lain yang tidak kalah menarik, yaitu Batik Tulis Grobogan. Meskipun belum lama diperkenalkan, namun respon masyarakat terhadap kreasi Batik Tulis Grobogan sangatlah bagus. Secara kualitas, produk kreasi Batik Tulis Grobogan tidak kalah dengan daerah lain seperti Solo, Pekalongan, maupun Jogja. Bahkan dari segi corak atau motif, Batik Tulis Grobogan dikenal memiliki ciri khas berupa motif tanaman/ tumbuhan.

kembang-arang-2

Kedelai, bambu, jati, dan jagung merupakan motif-motif yang menjadi ciri khas Batik Tulis Grobogan. Motif yang paling popular dan dijadikan sebagai ikon produk lokal Pemerintah Daerah Grobogan adalah motif bambu atau biasa disebut dengan “Pring Sedapur”. Seperti batik tulis pada umumnya, Batik Tulis Grobogan juga diproduksi dengan bahan baku serta teknik pilihan. Pemilihan bahan baku menjadi sangat penting karena berkaitan erat dengan hasil dan kualitas akhir produknya.

Respon positif terkait adanya Batik Tulis Grobogan sangat dirasakan warga Grobogan. Kini mereka memiliki produk khas yang bisa menjadi ciri kekayaan daerah selain produk kuliner.

Minggu, 07 April 2013

Harum Gurih Swike Purwodadi

 

Jika Anda gemar makan kodok, siang ini boleh menghangatkan badan dengan sajian kodok dari Jawa Tengah. Paha kodok diolah dengan bumbu tauco yang wangi gurih dengan kuah agak kental. Enak disuap dengan nasi hangat plus sambal rawit. Dijamin kenyang dan segar!

thumbnail
Swike merupakan salah satu olahan daging kodok gaya Cina yang banyak dijajakan. Dari kelas restoran hingga warung makan kaki lima. Daerah Purwodadi merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan olahan ini. Maklum saja, karena kodok sawah yang jadi bahan utama banyak ditemui di daerah ini.


Yang diolah biasanya bagian paha kodok saja. Bagian badan dan kepala yang kecil tak berdaging tidak ikut diolah. Justru lidah kodok sering ditambahkan dalam racikannya. Bumbunya hanya bawang putih dan tauco saja. Karena itu rasanya dominant gurih.
Kuah yang kecokelatan dan paha kodok yang montok biasanya dilengkapi dengan sambal rawit plus taburan kucai atau daun bawang. Hmm... setelah diaduk dengan sedikit nasi dna kuahnya jadi nyemek alias sedikit basah, rasanya jadi makin dahsyat.


Paha kodok gampang dimakan karena dagingnya mudah dilepaskan. Karena itu jangan khawatir kerepotan memakannya. Swike biasa dimakan dengan nasi putih dan beberapa warung makan menyediakan pepes telur kodok sebagai pelengkapnya.

Sayur Becek Khas Grobogan Bikin Lidah Bergoyang

 

Musim banjir seperti sekarang ini tentu tak asing dengan istilah becek. Tapi yang satu ini berbeda. Becek yang satu ini adalah kuliner khas Grobogan, Jawa Tengah yang didominasi tulang iga dan berkuah segar. Kombinasi keduanya mampu menggugah rasa.

Sayur Becek Bikin Lidah Bergoyang
Dahulu sayur becek hanya bisa didapati di daerah pelosok yang kebetulan sedang mengadakan kenduri. Sekarang sayur itu sudah menjadi konsumsi masyarakat luas dan disediakan di sejumlah warung di Kota Purwodadi.


Sayur ini disajikan bersama sepiring nasi, kering tempe, dan kacang tolo sebagai lalapan. Memang masakan ini hanya didominasi tulang iga yang hanya terbalut sedikit daging. Keunikan sayur ini akan hilang jika tulang iga diganti dengan daging tanpa tulang. Hal itu diakui dua penikmat sayur becek, Suwito dan Dheky Kenedi.


Proses pembuatan sayur becek sangat mudah. Bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, dan cabai ditumbuk menjadi satu. Kemudian tumbukan dimasukkan dalam rebusan tulang iga. Untuk menyempurnakan aroma, rebusan tulang dan bumbu dicampur daun kedondong dan daun dayakan.


Tertarik mencicipi sayur becek? Cukup merogoh kocek Rp 15 ribu untuk mendapatkan semangkuk sayur ini di Grobogan.

Obyek Wisata Bledug Kuwu

 

Jika Anda melintas di Purwodadi, ada situs kuno yang nyaris terlupakan. Maka mampir saja jika ingin mengetahui jejak sejarah. Wisata alam ini sungguh aneh, ajaib dan menakjubkan. Bledug Kuwu namanya. Konon, kubangan tanah yang menyemburkan lumpur di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan itu adalah jejak ular raksasa bernama Jaka Linglung. Dia usai membunuh Bajul Putih di laut selatan. Usai pertarungan, ia perjalanan pulang melalui jalur bawah tanah dan kubangan itu dipercaya sebagai bekas tubuh Jaka Linglung yang keluar dari dalam perut bumi.

Menurut legenda masyarakat sekitar, fenomena alam Bledug Kuwu bermula pada masa kerajaan Medang Kamulan sekitar abad ke 8. Sebagaimana disebutkan seorang pemandu sekaligus juru kunci Danang Amono Putro (45). “Saya sering menjelaskan cerita itu. Di hari biasa, setidaknya sekitar 200-an dan hari libur bisa mencapai 700 pengunjung,” papar pria warga Kuwu RT 06/RW04 Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan kepada LawangSewu Post, belum lama ini. Rata-rata para wisatawan tertarik menyambangi tempat tersebut karena ajaib tapi nyata. “Tak jarang juga penasaran terhadap peninggalan cerita legenda rakyat yang ada di zaman kerajaan Medang Kamulan itu,” katanya.


Secara singkat Danang mengulas, dahulu di kerajaan Medang Kamulan dikuasai oleh seorang raja bernama Prabu Dewata Cengkar. Dia adalah sosok raja yang sombong, serakah dan ditakuti. Ia juga dikenal sebagai raja yang tidak bisa mati, sehingga tidak pernah kalah kala bertarung melawan musuh-musuhnya. “Ia juga sering menarik upeti kepada rakyat semaunya. Jika ada yang membangkang, langsung dibunuh,” ungkapnya. Apabila ada prajurit yang tidak taat, langsung dipecat hingga dihukum mati. Konon, Dewata Cengkar mempunyai ritual meminum darah manusia. “Kesaktian raja itu menyebabkan dirinya tidak bisa terbunuh atau mati,” tambahnya.


Namun akhirnya datanglah seorang tokoh ksatria dari negeri Tibet bernama Aji Saka. Di tangan Aji Saka lah Dewata Cengkar kuwalahan soal kadigdayan. Terjadi pertarungan hingga akhirnya Dewata Cengkar kalah. Kendati demikian, Lanjut Danang, pertarungan itu tidak menyebabkan raja tersebut terbunuh. "Kalah bertarung, Cengkar kemudian melarikan diri ke laut selatan dan malihrupa menjadi bajul putih atau buaya putih. “Aji Saka kemudian mengutus anaknya bernama Jaka Linglung, untuk mengejarnya ke laut selatan,” lanjut Danang. Jaka Linglung sendiri merupakan lelaki yang sakti mandraguna, namun ia mempunyai fisik buruk rupa dan mengerikan. Kepercayaan masyarakat sekitar, Jaka Linglung digambarkan sebagai ular naga raksasa. “Sebelum berangkat ke laut selatan, Jaka diberi pesan oleh ayahnya. Jika menang melawan Bajul Putih, ia tidak diperbolehkan pulang melalui jalur darat, melainkan harus melalui perut bumi,” kata Danang.


Mengapa lewat jalur bawah tanah? Danang menjelaskan, fisik Jaka Linglung supaya tidak dilihat oleh masyarakat, sebab jika melihatnya, dikhawatirkan akan menjadi bahan pergunjingan masyarakat. Terlebih fisiknya yang menakutkan. “Bajul Putih pun akhirnya berhasil dibunuh oleh Jaka Linglung dalam pertarungan di laut selatan. Jaka pun kemudian pulang sebagaimana pesan ayahnya, yakni melalui jalur bawah tanah. Begitu keluar, ia menyembul di daratan Desa Kuwu,” terangnya.

Kubangan lubang tanah berdiameter ± 650 meter yang menyemburkan lumpur di lahan tanah sekitar 45 hektar di Desa Kuwu inilah yang kemudian dipercaya sebagai tapak tilas makhluk mengerikan berwujud ular naga raksasa yang heroik tersebut. “Itulah sebab mengapa masyarakat sekitar percaya bahwa lubang di Bledug Kuwu itu terhubung dengan laut selatan, sehingga air semburan itu berasa asin,” tambah Danang.


Tumpahan air asin dari letupan-letupan lumpur tersebut oleh masyarakat dijadikan tempat pembuatan garam yang dikenal “Bleng”. Air dialirkan melalui parit-parit menjauh dari kubangan. Beberapa peneliti yang pernah melakukan penelitian di tempat tersebut menyebut bahwa semburan lumpur yang meluber sekitar 10 meter di sekeliling kubangan terdapat kandungan gas metana, gas CO2, H2S dan belerang. Dari ceruk-ceruk itulah petani garam di Desa Kuwu telah ratusan tahun mengolah garam, diperkirakan sejak abad 17. “Petani garam yang membuat parit dan mengalirkan di pinggir kubangan itu harus telanjang atau tidak berpakaian. Karena mitosnya, jika tidak telanjang akan tenggelam dalam lumpur,” pungkasnya.
Letupan terbesar Bledug Kuwu dinamai Joko Tuwo. Dia meledak secara periodik sekira 15 detik sekali dengan bunyi “Bledug” seperti namanya kini. Lemparan lumpur sekira 5-10 meter ke udara dan jatuh ke tanah sekira 10 meter. Sementara letupan terkecil disebut Roro Denok, bunyinya lebih lemah. Kapasitas lemparan ke udara hanya 1-2 meter ke udara. Frekuensi letusan Joko Tuwo 4-5 kali per menit. Sementara letusan kecil mencapai 10 kali lebih per menit.